SuaraKampus – Tanaman porang atau iles-iles seringkali tidak dilirik masyarakat karena umbinya bisa menimbulkan gatal jika dimakan. Namun, kini porang mulai diminati petani dan menjadi unggulan ekspor komoditas pertanian.
Umbi porang memiliki kandungan glukomanan yang tinggi dan tidak menyebabkan diabetes, karena indeks glikemiknya rendah. Glukomanan inilah yang dimanfaatkan berbagai industri pangan, salah satunya sebagai bahan baku beras dan mi shirataki.
Sebelum populer, Prodi Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan (FT Unpas) sudah pernah melakukan riset pembuatan tepung dari umbi porang sebagai produk pengganti terigu. Ke depannya, riset akan lebih difokuskan sehingga umbi tanaman ini dapat menjadi turunan pangan alternatif.
“Dulu kita sudah melakukan riset pembuatan tepung porang, tapi belum mendalam. Nantinya, kita akan buat menjadi turunan pengganti pangan alternatif, seperti beras analog. Ini penting, karena kita masih ketergantungan terhadap beras dan terigu, padahal sumber daya alam dari umbi-umbian sangat banyak,” jelas Dekan FT Unpas Dr. Ir. Yusman Taufik, M.P. di Kampus IV Unpas, Jalan Dr. Setiabudhi, Bandung, Kamis (22/4/2021).
Yusman menambahkan, umbi tanaman ini mengandung sianida, sehingga dapat menyebabkan rasa gatal ketika dikonsumsi. Oleh karena itu, umbi porang harus diolah dengan cara yang tepat.
“Untuk menurunkan kandungan sianida pada umbi ini, dulu Prof. Dr. Ir. Rindit Pambayun, M.P. menggunakan istilah KISS atau Kupas Iris secara Simultan. Atau bisa dengan metode Sirkulasi Mixing Sistem (SMS) yang dicetuskan Dr. Tantan Widiantara, S.T., M.T.,” tambahnya.
Di Jawa Barat, saat ini kebanyakan petani fokus pada pembibitan tanaman porang, karena harga bibit cenderung lebih mahal dibanding umbinya. Umbi ini sendiri banyak ditemukan di Jawa Timur. Bahkan sebagian besar pabrik pengolahan porang berada di Jawa Timur, seperti di Surabaya, Madiun, Pasuruan, Gresik, Kediri, Jombang, dan Banyuwangi.
Ke depannya, jika petani di Jawa Barat sudah masif menanam porang dan menghasilkan bahan baku umbi, prodi Teknologi Pangan akan fokus mengembangkan risetnya, terutama ketika pascapanen. Hal ini dikarenakan umbi porang merupakan komoditas yang potensial untuk diolah menjadi pangan alternatif pengganti beras.
“Dengan menggunakan sumber karbohidrat dari umbi-umbian yang ada di Indonesia, itu bisa menjadi alternatif pengganti beras di masa depan. Apalagi, masyarakat masih ketergantungan terhadap beras dan tingkat konsumsinya masih 95 persen,” ujarnya.
Tepung umbi porang dapat dibuat menjadi diversifikasi produk pangan. Beberapa di antaranya yaitu beras analog atau shirataki, mi, camilan, dan makanan lain. Popularitas shirataki kini terus meningkat karena dipercaya sebagai menu diet dan gaya hidup sehat.