SuaraKampus – Masih banyaknya warga yang tak disiplin memakai masker, membuat mahasiswa Departemen Teknik Elektro dan Departemen Teknik Komputer dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tergerak. Mereka membuat aplikasi pemantau penggunaan masker, berjuluk I-Mask.
I-Mask merupakan inovasi Rahmadilla Primasiwi Nugraha, Ilul Rohman, Hartandi Wisnumukti, Irfan Dhiarinda Hamdi, dan Rizqullah Fadhil Rafi. Sebagai salah satu solusi untuk menurunkan jumlah kematian Covid-19. Aplikasi ini menggunakan machine learning dan terintegrasi dengan Internet of Thing (IoT).
“Di Indonesia, rata-rata jumlah orang positif Covid per harinya mencapai 5.712 jiwa. Hal ini menjadikan penggunaan masker saat ini sangat penting karena dapat memproteksi diri dari penyebaran virus,” ujar Rahmadilla, Jumat (28/5/2021)
Dilla, sapaan akrabnya, juga mengungkapkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat Indonesia dalam menggunakan masker masih jauh dari kata optimal yakni hanya 59,32 persen.
Oleh karena itu, I-Mask sengaja dirancang agar dapat meminimalisir penularan Covid-19, mendukung penerapan kehidupan normal baru, sekaligus mengingatkan pentingnya penggunaan masker di suatu tempat.
“I-Mask juga dapat memfasilitasi pemerintah dalam mempermudah proses monitoring penggunaan masker masyarakat di suatu tempat,” jelas mahasiswi asal Malang ini.
Terkait cara kerja, Dilla menjelaskan bahwa pemantauan akan diawali dari proses pendeteksian oleh sistem apakah orang tersebut mengenakan masker atau tidak.
Deteksi yang berupa video itu akan terkirim ke sebuah cloud server yang terintegrasi dengan sebuah aplikasi. Nantinya, orang yang tidak mengenakan masker akan terdeteksi dan tidak dapat memasuki ruangan yang dirancang terintegrasi dengan pintu otomatis.
“Ketika I-Mask terintegrasi dengan pintu otomatis, jadinya pintu hanya terbuka bagi yang memakai masker dan alarm berbunyi bagi yang terdeteksi tidak memakai masker,” sambung mahasiswi Departemen Teknik Elektro ITS.
Dari segi keunggulan, aplikasi I-Mask ini memiliki beberapa fitur yang bisa memberikan informasi mengenai kondisi suatu tempat telah memenuhi standar protokol kesehatan atau belum.
Mulai dari jumlah pengunjung, laporan mingguan dari jumlah pengunjung tempat tersebut, lokasi sistem I-Mask terpasang, live update dari camera capture, hingga data statistik yang menunjukkan kondisi dari tempat tersebut.
Terkait harga produksi dan perawatan dari I-Mask, mahasiswi angkatan 2018 ini mengungkapkan bahwa biaya yang dikeluarkan tidak terlalu mahal. Bahkan untuk waktu operasi memiliki sistem 24 jam sehingga pemantauan datanya real-time, hemat ruang, dan sangat praktis.
“Berbagai keunggulan tersebut yang menjadikan inovasi I-Mask belum dimiliki oleh gagasan inovasi sejenis lainnya,” terang Dilla.
Berkat kerja keras tim, kini I-Mask telah diganjar prestasi yang membanggakan. Inovasi yang berjudul I-Mask: Mask Detection System using Machine Learning and Integrated with IoT for Monitoring the Use of Masks in a Place sukses mengantarkan tim meraih juara pertama pada International IoT Challenge 2021.
Pada kompetisi yang digelar oleh Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) pada 23 Mei lalu ini, tim I-Mask berhasil menyingkirkan 79 inovasi dari seluruh dunia sekaligus mengungguli King Mongkut’s Institute of Technology Ladkrabang dari Thailand yang dinobatkan sebagai juara kedua.
“Ke depan I-Mask akan melalui pengembangan lebih lanjut agar inovasi ini bisa lebih sempurna dan dapat benar-benar diproduksi untuk membantu bangsa Indonesia,” jelasnya.
Mahasiswi ITS ini juga berharap alat I-Mask nantinya dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dalam mengurangi penyebaran Covid-19 dan memberi rasa aman bagi mereka dalam kehidupan normal baru.