SuaraKampus – Menjadi mahasiswa, terlalu monoton rasanya jika sekadar ikut kelas dan menyelesaikan tugas. Di luar akademik, banyak kegiatan positif yang dapat diikuti untuk meningkatkan soft skill dan produktivitas. Seperti Kelvin Mohammad Yusron, mahasiswa angkatan 2018 jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pasundan atau Unpas.
Di sela kesibukan akademiknya masih sempat menekuni bisnis dan menginisiasi Non-Governmental Organization (NGO). Mahasiswa berusia 22 tahun ini tengah menggeluti bisnis fashion bernama My Skylar dan menggagas komunitas Bandung Care. Mengusung tagline Membantu, Mengajar, dan Membimbing Terhadap Sesama, Bandung Care menggandeng relawan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kota Bandung untuk turut berkegiatan sosial.
Bandung Care, sarana kebaikan dan memperluas jaringan
Didorong rasa kepeduliannya akan mirisnya kondisi saat ini, sebagai mahasiswa, Kelvin Mohammad Yusron bertekad menjadi agent of change dan mengaplikasikan nilai Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar yang masih kurang beruntung.
“Alhamdulillah, Bandung Care sudah memasuki angkatan ketiga dan memiliki lebih dari 100 anggota. Saya sendiri bertugas melakukan monitoring dan membantu hal yang sifatnya inti, seperti menjalin kerja sama dengan korporat, donatur, maupun perusahaan dalam mem-branding komunitas dan menjadi sponsor tetap,” katanya, seperti dilansir laman Unpas, Kamis (1/7/2021).
Periode ini, Bandung Care bakal menggarap enam program kerja besar, yaitu lomba video kreasi tentang membangkitkan semangat masyarakat Indonesia di tengah pandemi, webinar kesehatan mental, dan membentuk kelompok bimbingan online untuk siswa sekolah dasar di Bandung.
Selain itu, mengadakan gerakan 100 masker bertagar #BandungFightsCorona sekaligus mengedukasi dan membiasakan masyarakat yang masih lalai menggunakan masker. Juga membentuk Bandung Care Tanggap Bencana dan program Sharing is Caring.
“Program tutoring bertujuan membantu adik-adik yang kesulitan menyelesaikan pelajaran atau mengerjakan tugas sekolah, nantinya tiap divisi akan menghimpun 40 anak, rentang waktunya dua minggu menjelang UAS. Untuk Sharing is Caring, kami berupaya menumbuhkan kepribadian dan kepedulian anggota dengan meringankan beban orang-orang yang membutuhkan,” papar Kelvin.
Selain menciptakan kepekaan sosial, Kelvin Mohammad Yusron mengatakan, Bandung Care merupakan perantara dalam memperluas wawasan dan relasi. Sebab, setiap anggota punya karakter yang berbeda dan komunikasi akan terus terjalin bahkan di luar komunitas.
Berekspansi ke bidang ekonomi kreatif
Berkat ketertarikannya di dunia entrepreneurship, Kelvin dibantu saudaranya juga menggeluti bisnis fashion. Di era pandemi, menurutnya minat masyarakat untuk berbelanja pakaian masih tergolong tinggi. Melihat peluang dan kesempatan tersebut, Kelvin mencoba membuat merk pakaian lokal dan menjadikan brand internasional sebagai tolok ukurnya.
“Saya memilih nama My Skylar agar pola pikir konsumen terhadap merk ini setara dengan brand internasional. Sebab, dari segi desain dan katalog hampir sama, yaitu berkonsep basic outfit,” ujarnya.
Bagi Kelvin, ketika memulai bisnis, jangan langsung mengharapkan penghasilan dan penjualan yang signifikan, melainkan menggencarkan branding supaya terlebih dulu dikenal masyarakat. Terbukti, meski bisnisnya baru berumur kurang lebih empat bulan, namun ia berhasil mendulang lebih dari 250 ribu impresi dengan bantuan promosi dan konsistensi.
Tetap mengutamakan akademik
Kesibukan mengelola bisnis dan memantau komunitas yang ia dirikan tidak lantas mengganggu kegiatan akademiknya. Kelvin bahkan tercatat sebagai awardee Beasiswa Juara dari Kompas dan Avian Brands, serta dua kali berturut-turut menerima Beasiswa Jabar Future Leaders Scholarship.
“Kuncinya, fokus dan tekun menjalani kuliah. Dengan begitu, nilai yang diperoleh bisa membantu saat akan mendaftar beasiswa. Teman-teman juga harus aktif berorganisasi, karena pengalaman tersebut bisa mengasah kemampuan kita, entah dalam public speaking, menulis, dan sebagainya,” terang Kelvin.
Baru-baru ini, Kelvin juga mengadakan webinar nasional sebagai syarat sidang proposal. Tak tanggung-tanggung, webinar bertajuk ‘Strategi Komunikasi Pelaku Ekonomi Kreatif dan Inovatif di Era Pandemi’ ini menghadirkan pemateri kondang, yaitu Kapus Pengembangan SDM Kemenparekraf Dr. Anggara Hayun Anujuprana, ST., MT., Pendiri Gerakan Sosial OK OCE Indonesia Dr. Indra Uno, dan Founder @dya_id Datu Adrian, S.E.
“Webinar tersebut sukses digelar dan ada fasilitas kelas pelatihan berikut pendampingan dari Juragan GrabXpress dan Sandiaga Uno untuk masyarakat dan mahasiswa entrepreneur,” tuturnya.
Setelah menyelesaikan studinya, Kelvin berencana bekerja di bidang startup dan mencari beasiswa program magister ke luar negeri. Jika berhasil lolos, ia berniat mengimplementasikan ilmu yang diperoleh untuk membangun Indonesia dan mewujudkan mimpinya sebagai seorang politisi.
Ia berpesan kepada milenial untuk bangkit dari rasa malas dan mulai melakukan sesuatu. Berbekal ilmu yang didapat selama kuliah, mahasiswa seharusnya bisa mengaplikasikannya di masyarakat.
“Mulai pikirkan konsepnya, mari kerja lebih cerdas, keras, tuntas, dan ikhlas. Saya selalu berpegang pada motto ‘perbaiki hubungan dengan Allah, niscaya Allah akan mempermudah urusan kita’. Jadi, percayakan kepada Allah, terus beribadah, ikhtiar, dan tawakal,” pungkasnya.