SuaraKampus – Pengkuh agamana, luhung élmuna, jembar budayana, itulah motto yang diusung Universitas Pasundan (Unpas) dan mesti dipahami sejak dini oleh mahasiswa.
Setelah resmi menjadi bagian dari dinamika kehidupan Unpas, motto tersebut tentu tidak hanya berkedudukan sebagai slogan, melainkan harus dibuktikan melalui sikap dan perilaku.
Guna merealisasikannya, Unpas menggandeng Lembaga Budaya Sunda (LBS) serta Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Syiar Islam (LPPSI) untuk ikut dalam proses pembentukan dan pembinaan karakter mahasiswa.
Pendekatan pendidikan karakter di Unpas yang bernafaskan filosofi luhur Sunda bertujuan untuk membentuk mahasiswa unggul dan masagi.
Penguatan ini akan melahirkan karakter mahasiswa yang pengkuh agamana, yaitu memiliki keimanan dan ketakwaan. Luhung elmuna, yaitu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Jembar budayana, yaitu tidak gagap budaya dan kehilangan jati diri, serta terus memegang teguh prinsipnya.
Dalam perannya, LBS mengejawantahkan jembar budayana dengan membangun dan membumikan kebudayaan Sunda. Diwujudkan lewat program latihan musik Sunda, pengembangan mata kuliah Bahasa Sunda, dan tengah merencanakan usulan pojok musik Sunda dan pojok bahasa.
“LBS berperan strategis dalam membangkitkan atmosfer budaya Sunda di Unpas. Selain menghadirkan pembelajaran kesundaan di ruang formal, LBS juga mengoptimalkannya dengan berbagai cara dan media,” jelas Ketua LBS Dr. H. Wawan Setiawan, M.Sn., seperti dilansir laman Unpas Selasa (13/7/2021).
Sementara itu, LPPSI yang juga menjadi tonggak visi dan motto Unpas turut andil mengimplementasikan pendidikan karakter melalui aspek pemahaman, pengalaman, moderasi beragama, dan memaksimalkan infrastruktur keagamaan.
“Aspek pemahaman, melalui pembinaan, kajian, pengajian, dan penelitian. Pengalaman, memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengelola dan memakmurkan masjid. Moderasi beragama, mengedepankan toleransi dan saling melengkapi agar mahasiswa bisa merasakan kedamaian,” ujar Ketua LPPSI Dr. H. Tata Sukayat, M.Ag.
Maka dari itu, agar terbangun karakter mahasiswa yang pengkuh agamana, luhung elmuna, jembar budayana, LBS dan LPPSI terus berupaya untuk saling terintegrasi. Keduanya memiliki obsesi untuk menjadi kiblat kolaborasi antara nilai keislaman dan kesundaan. (Reta)*