SuaraKampus.ID – Memasuki tahun kedua penyelenggaraan kompetisi Samsung Solve for Tomorrow (STF), Samsung Indonesia terus menyediakan wadah bagi anak muda untuk menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Berbeda dengan tahun sebelumnya, kompetisi tahun ini membuka kesempatan bagi peserta dari kalangan pelajar hingga mahasiswa.
“Program ini sudah berjalan selama dua tahun, ini menunjukkan komitmen dan konsistensi dari Samsung dalam mendukung program pendidikan Indonesia. Tahun ini ditambah kategori universitas,” ujar Ennita Pramono, Head of Corporate Citizenship Samsung Electronics Indonesia, dalam acara Media Interview Samsung Solve for Tomorrow di Jakarta, Jumat (1/11/2024).
Tahun ini, peserta STF didorong untuk mengaplikasikan kecerdasan buatan (AI) dalam inovasi mereka, dengan dukungan pelatihan khusus dari Samsung bertajuk “AI for Designer.”
Setelah melewati proses penjurian yang ketat, tim SOLYD IAS dari Universitas Brawijaya berhasil meraih juara pertama. Tim yang terdiri dari tiga mahasiswa, Safina Amelia Khansa, Nisrina Nur Syarafina, dan Nurul Khornin Ilmi, mengembangkan produk biologi berbasis AI yang dapat menganalisis penyebab kematian mendadak akibat penyakit kardiovaskular.
Latar belakang inovasi ini terinspirasi dari kasus kematian mendadak yang menimpa mendiang suami penyanyi BCL. Tim ini melakukan riset mendalam untuk memahami penyebab kematian mendadak tersebut, yang diduga terkait serangan jantung, dengan menggunakan alat deteksi berbasis Kit D-dimer untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.
“Kami telah melakukan penelitian sejak 2020 dengan melakukan uji sampel menggunakan saliva (air liur) atau urin, sehingga praktis dan dapat digunakan oleh siapapun,” jelas Safina Amelia Khansa.
Sebelum mengikuti STF, tim SOLYD IAS mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data dari rumah sakit terkait pasien dengan penyakit kardiovaskular. Namun, berkat pelatihan AI dari Samsung, tim ini berhasil mengelola data sebanyak 11.000 sampel, yang dibagi ke dalam berbagai variabel dan memperoleh akurasi data sebesar 94,7%.
“Sebagai dukungan, Samsung menyediakan satu metode desain dalam pengembangan produk, sehingga mereka dapat memproses inovasi dengan baik menggunakan alat dan solusi yang diberikan,” ungkap Banu Pribadi, Head of MX B2B Innovation Lab, Samsung R&D Institute Indonesia.
Selama kompetisi SFT, Samsung memberikan tiga kategori topik: kesehatan, pendidikan, dan social impact. Proses penjurian sangat ketat, hingga menjadikan SOLYD IAS sebagai pemenang pertama.
“Tim ini berhasil mendapatkan data yang valid dan akurat dengan bantuan AI. Mereka menemukan inovasi yang dibutuhkan oleh masyarakat dan menjawab permasalahan penting tentang kematian mendadak di Indonesia,” sambung Banu.
Produk Kit D-dimer karya tim SOLYD IAS memiliki keunggulan dapat digunakan sendiri tanpa bantuan tenaga medis, bertahan di suhu ruang selama lebih dari delapan hari, dan masa simpan cukup panjang selama 30 hari. Pengujian sampel menggunakan saliva atau urin, dengan waktu pengujian hanya 21,3 menit dan akurasi tinggi sebesar 94,7%.
Meski demikian, inovasi ini masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. “Kami masih memproduksi secara terbatas dan butuh waktu satu hingga dua tahun untuk dapat disebarluaskan secara masif melalui apotek terdekat,” ujar Safina.
Samsung telah membantu hingga tahap prototipe, namun pengembangan selanjutnya masih diperlukan. “Kita harus memperkuat skill dan kemampuan artificial untuk menghemat biaya dibandingkan dengan alat lainnya,” tutup Banu.
Dengan terus mendorong inovasi di kalangan anak muda, kompetisi ini diharapkan mampu menghadirkan solusi nyata bagi berbagai masalah di masyarakat.