Home » Perjuangan Mahasiswa USK Menjangkau ‘Desa yang Terlupakan’ di Aceh Tengah

Perjuangan Mahasiswa USK Menjangkau ‘Desa yang Terlupakan’ di Aceh Tengah

by admin
Tim Leuser Mahasiswa USK adalah relawan pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Desa Bergang sejak desa itu terisolasi total seminggu.

SuaraKampus.ID – Selama tujuh hari, Desa Bergang di Kecamatan Ketol, Aceh Tengah, seolah hilang dari peta koordinat bantuan. Suasana desa itu sunyi, namun mencekam. Akses darat terputus total akibat timbunan longsor dan jembatan yang ambruk, sementara langit yang terus menurunkan hujan membuat helikopter penyelamat mustahil untuk mendarat. Di sana, 551 jiwa—termasuk puluhan bayi, ibu hamil, dan lansia—bertahan dalam ketidakpastian.

Namun, keheningan itu pecah pada Senin (8/12/2025). Di tengah guyuran hujan dan kegelapan malam, sesosok demi sesosok pemuda dengan jaket penuh lumpur muncul dari balik jalur ekstrem. Mereka bukan tentara, bukan pula petugas evakuasi profesional bermesin canggih. Mereka adalah para mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (UKM-PA) Leuser.

Perjalanan 80 Kilometer Menantang Maut

Menembus Desa Bergang bukanlah perkara mudah. Tim relawan mahasiswa ini harus melintasi rute darurat sejauh 80 kilometer. Medan yang mereka lalui jauh dari kata layak; jalur licin, jurang yang mengintai, dan setidaknya empat titik longsor besar yang menimbun jalan utama.

“Mereka menempuh lebih dari 80 kilometer rute ekstrem, melintasi empat titik longsor, jembatan putus, serta jalur licin di bawah hujan dan gelap malam. Semua ini untuk memastikan bahwa 551 warga Bergang, termasuk puluhan bayi, balita, ibu hamil, dan para lansia, tidak ditinggal,” ujar Ketua Satgas Respons Senyar USK, Prof. Dr. Syamsidik, saat menjelaskan beratnya medan yang ditempuh anak asuhnya seperti dilansir HabaDaily.

Kehadiran tim Leuser USK ini mencatatkan sejarah kecil di tengah bencana: mereka adalah tim relawan pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Desa Bergang sejak desa itu terisolasi total seminggu sebelumnya.

Lebih dari Sekadar Mahasiswa

Operasi ini merupakan bagian dari gerakan besar Satgas Respons Senyar USK. Kampus Jantong Hati Rakyat Aceh ini menerjunkan sedikitnya 120 relawan yang tersebar di berbagai titik bencana. Tak hanya mahasiswa pecinta alam, elemen lain seperti dosen, peneliti, hingga tenaga medis juga bahu-membahu di lapangan.

Tugas mereka beragam, mulai dari melakukan assessment lapangan untuk memetakan kerusakan, mengelola dapur umum, hingga mendistribusikan logistik yang dibawa dengan susah payah melintasi jalur tikus.

Rektor USK, Prof. Dr. Ir. Marwan, yang memantau langsung pergerakan tim dari posko utama, tak mampu menyembunyikan rasa bangganya atas militansi para mahasiswanya di tengah kondisi alam yang tidak bersahabat.

“Kita terus bekerja dan memantau kondisi di lapangan. USK dengan segala sumber daya yang ada, siap mendukung kinerja relawannya dalam membantu masyarakat. Terima kasih atas dedikasi yang luar biasa ini,” ucap Prof. Marwan dengan nada apresiatif.

Harapan di Balik Puing Bencana

Bagi masyarakat Bergang, kedatangan mahasiswa USK lebih dari sekadar bantuan logistik; itu adalah pesan bahwa mereka tidak sendirian. Kehadiran jaket-jaket almamater di tengah desa yang terisolasi menjadi bukti bahwa semangat pengabdian mahasiswa tidak luntur oleh beratnya medan atau dinginnya hujan di pedalaman Aceh Tengah.

Kini, fokus Satgas Senyar USK adalah memastikan kebutuhan dasar warga terdampak tetap terpenuhi sembari menunggu akses permanen kembali pulih. Di sela-sela reruntuhan dan sisa longsor, para mahasiswa ini terus bergerak, membuktikan bahwa kampus bukan sekadar menara gading, melainkan garda terdepan saat rakyat sedang kesulitan.

Baca juga

Leave a Comment