Home » Menanam Masa Depan, Seribu Pohon Bersemi di Jantung Kampus USU

Menanam Masa Depan, Seribu Pohon Bersemi di Jantung Kampus USU

by admin
Ini menjadi simbol perlawanan terhadap krisis iklim sekaligus janji setia kampus USU terhadap keberlanjutan lingkungan.

SuaraKampus.ID – Aroma tanah basah dan udara pagi yang segar menyambut langkah ratusan sivitas akademika Universitas Sumatera Utara (USU) yang berkumpul di area kampus. Pagi itu, suasana tidak riuh oleh suara mesin kendaraan, melainkan oleh deru semangat kolektif dalam sebuah aksi yang bertajuk “Seribu Pohon Sejuta Harapan”.

Bukan sekadar menancapkan bibit ke dalam tanah, kegiatan ini menjadi simbol perlawanan terhadap krisis iklim sekaligus janji setia kampus terhadap keberlanjutan lingkungan.

Rektor USU, Prof. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si., tampak hadir di tengah barisan mahasiswa dan staf. Mengenakan pakaian olahraga santai, ia memegang sekop dengan mantap, memberikan teladan langsung bahwa urusan lingkungan bukan hanya perkara teori di ruang kelas, melainkan aksi nyata di lapangan.

“Penanaman pohon ini bukan sekadar seremoni. Ini adalah langkah konkret kita untuk membangun kesadaran lingkungan yang berkelanjutan di lingkungan universitas,” ujar Prof. Muryanto di sela-sela kegiatannya.

Menurutnya, kampus harus menjadi pelopor dalam menciptakan ekosistem yang sehat. Bagi Muryanto, setiap lubang yang digali dan setiap bibit yang ditanam hari itu adalah investasi oksigen bagi generasi mendatang.

“Kita ingin memastikan bahwa apa yang kita lakukan hari ini dapat dinikmati oleh anak cucu kita nantinya. Pohon-pohon ini adalah napas bagi kehidupan di masa depan,” tambahnya dengan nada optimis.

Lebih dari Sekadar Hijau

Program “Seribu Pohon Sejuta Harapan” ini memang tidak main-main. Sebanyak 1.000 bibit pohon dari berbagai jenis—mulai dari pohon pelindung hingga tanaman produktif—disebar di berbagai titik strategis di lingkungan kampus. Tujuannya jelas: memperkuat identitas USU sebagai Green Campus yang tidak hanya unggul dalam prestasi akademik, tetapi juga asri secara ekologis.

Namun, tantangan sebenarnya bukanlah saat menanam, melainkan bagaimana merawatnya. Rektor menekankan bahwa keterlibatan seluruh warga kampus sangat krusial.

“Menanam itu mudah, yang sulit adalah merawatnya agar tumbuh besar. Saya mengajak seluruh sivitas akademika untuk merasa memiliki pohon-pohon ini. Jagalah ia seperti kita menjaga ilmu pengetahuan,” tegas Prof. Muryanto dalam kutipan pesannya kepada para mahasiswa.

Harapan yang Berakar Kuat

Di sisi lain lapangan, para mahasiswa tampak antusias. Bagi mereka, kegiatan ini menjadi jeda yang menyegarkan dari rutinitas skripsi dan tugas kuliah. Dengan tangan yang sedikit kotor oleh tanah, mereka saling bahu-membahu menyangga bibit agar berdiri tegak.

Aksi ini juga merupakan bagian dari komitmen USU dalam mendukung program pemerintah dan dunia internasional terkait pengurangan emisi karbon. Dengan menambah tutupan hijau di area perkotaan seperti Medan, USU ingin membuktikan bahwa kampus adalah oase di tengah gempuran polusi.

Seiring matahari yang mulai meninggi, satu per satu lubang telah tertutup tanah kembali. Di dalamnya, tersimpan seribu bibit yang kini memikul jutaan harapan. Harapan akan udara yang lebih bersih, kampus yang lebih teduh, dan lahirnya generasi intelektual yang peduli pada bumi.

Ketika rombongan mulai membubarkan diri, deretan bibit muda itu berdiri rapi, seolah siap berjuang menembus tanah dan menggapai langit. Di USU, hari itu bukan hanya soal menanam kayu, melainkan menanam kesadaran yang diharapkan akan berakar kuat di hati setiap manusia yang bernaung di bawahnya.

Baca juga

Leave a Comment