SuaraKampus.ID – Di bawah bayang-bayang puncak Gunung Semeru yang megah namun menyimpan getir, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, tengah berjuang memulihkan diri. Bagi para petani di sana, sisa-sisa erupsi bukan sekadar memori kelam, melainkan tantangan nyata yang terbawa hingga ke ladang cabai dan jalur-jalur evakuasi yang gelap saat malam tiba.
Namun, suasana di desa itu terasa sedikit berbeda ketika 27 mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) datang membawa misi bertajuk “SUPI-TANGGUH”. Mereka tidak datang dengan tangan hampa, melainkan membawa dua inovasi teknologi tepat guna: Dryer Reborn dan lampu surya Surya FEST.
Melawan Cuaca dengan ‘Dryer Reborn’
Selama bertahun-tahun, Kelompok Tani Taniturang menggantungkan nasib hasil panen cabai mereka pada terik matahari. Namun, di lereng Semeru, cuaca sering kali tidak bisa diajak kompromi. Saat musim hujan tiba, cabai yang dijemur secara tradisional sering kali berjamur, menghasilkan kualitas yang tidak seragam, dan memakan waktu lama.
Melihat keresahan itu, tim mahasiswa yang didampingi oleh dosen Vella Rohmayani, Satria Unggul Wicaksana, dan Hanifuddin Hakim memperkenalkan Dryer Reborn. Ini adalah mesin pengering otomatis berbasis sensor suhu dan kelembapan.
“Program ini melibatkan dua mitra utama, yakni Kelompok Tani Taniturang sebagai mitra produktif dan Kelompok Destana Supiturang sebagai mitra nonproduktif di bidang kebencanaan,” ujar Sholeh, mahasiswa Teknik yang terjun langsung ke lokasi.
Dengan alat ini, proses pengeringan tidak lagi bergantung pada cuaca. Hasilnya? Cabai kering dengan warna lebih cerah, kadar air stabil, dan yang terpenting, higienis. Sholeh menambahkan bahwa teknologi ini membuka peluang baru bagi ekonomi desa. “Dengan demikian, petani dapat memproduksi cabai kering maupun olahan seperti chili powder secara lebih konsisten dan bernilai tambah,” imbuhnya.
Cahaya di Jalur Evakuasi
Selain persoalan pertanian, Desa Supiturang menghadapi masalah keselamatan yang krusial: minimnya penerangan di jalur evakuasi. Saat aktivitas vulkanik meningkat atau cuaca ekstrem melanda, listrik sering kali padam, meninggalkan warga dalam kegelapan total saat harus menyelamatkan diri.
Sebagai solusi, tim memasang Surya FEST, sistem lampu penerangan berbasis energi surya di enam titik strategis. Lampu-lampu ini dirancang untuk tetap menyala meski listrik PLN lumpuh. Kehadiran cahaya ini membawa ketenangan tersendiri bagi warga. Proses evakuasi kini bisa dilakukan dengan lebih tenang dan terarah, tanpa kepanikan yang dipicu oleh kegelapan.
Kepala Desa Supiturang, Nurul Yakin Pribadi, tidak bisa menyembunyikan rasa syukurnya atas kontribusi nyata dari insan akademis ini.
“Kehadiran Dryer Reborn dan lampu tenaga surya di jalur evakuasi sangat membantu desa yang masih dalam tahap adaptasi pascaerupsi Gunung Semeru,” ungkap Nurul Yakin. Ia berharap kolaborasi seperti ini terus berlanjut karena menjadi bukti nyata bahwa perguruan tinggi hadir sebagai pemberi solusi di tengah masyarakat.
Lebih dari Sekadar Pengabdian
Program yang didukung oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi melalui inisiatif “BEM Berdampak” ini menjadi cermin bagaimana bangku kuliah tidak hanya sebatas teori di dalam kelas. Di Supiturang, para mahasiswa belajar merakit alat, menyusun SOP, hingga melakukan simulasi mitigasi bencana bersama warga.
Bagi mahasiswa UM Surabaya, perjalanan ke lereng Semeru ini bukan sekadar tugas akhir atau pengabdian rutin. Ini adalah perjalanan tentang kemanusiaan, tentang bagaimana teknologi bisa menjadi jembatan untuk membangun ketahanan ekonomi sekaligus keselamatan jiwa.
Kini, saat matahari terbenam di balik Semeru, warga Supiturang tak lagi sepenuhnya dicekam kegelapan. Ada cahaya dari panel surya dan harapan baru dari mesin pengering yang terus berputar—sebuah bukti bahwa inovasi kampus telah benar-benar mendarat di bumi pertiwi.
- Menanam Harapan di Desa Berekah, Kala Mahasiswa Magister Hukum Nusa Putra Turun ke Bumi
- Terang di Lereng Semeru, Inovasi Mahasiswa UM Surabaya Menghidupkan Harapan di Supiturang
- Menanam Masa Depan, Seribu Pohon Bersemi di Jantung Kampus USU
- Mahasiswa ITB Menyulap Ampas Tebu dan Sabut Kelapa Menjadi BioKertas
- 10 Mahasiswa Peraih Medali Emas di SEA Games 2025
- Perjuangan Mahasiswa USK Menjangkau ‘Desa yang Terlupakan’ di Aceh Tengah
