SuaraKampus.ID – Di sebuah sudut ruang yang hangat, suasana akrab menyelimuti studio PODCAST SEMAR episode ke-8. Kali ini, tajuk “Bersuara Prestasi” bukan sekadar slogan, melainkan napas dari obrolan yang menghadirkan tiga sosok mahasiswa inspiratif dari Poltekkes Kemenkes Semarang. Mereka adalah Farras, Adisya, dan Haqiqi—tiga anak muda yang membuktikan bahwa tumpukan amanah organisasi bukanlah penghalang untuk menyabet gelar juara.
Bukan Sekadar Ikut-ikutan
Bagi Haqiqi Nurqoyima, mahasiswi semester 4 jurusan Kebidanan, terjun ke dunia organisasi bermula dari rasa penasaran yang besar. “Dulu saat SMP dan SMA saya hanya fokus pada akademik. Masuk kuliah, saya ingin tahu rasanya jadi organisator,” ungkapnya. Rasa penasaran itu membawanya menjadi Mahasiswa Berprestasi (Mapres) termuda di kampusnya pada awal 2025, sembari aktif di BEM hingga UKM Speech.
Berbeda dengan Haqiqi, Farras dari jurusan Keperawatan sudah “kenal” organisasi sejak SMP. Ia memandang kampus sebagai ladang untuk melanjutkan estafet kepemimpinannya . Sementara itu, Adisya Rista Basuki, yang juga menjabat sebagai Gubernur Himpunan Mahasiswa (Hima), mengaku awalnya ia adalah tipe mahasiswa yang “diajak” oleh senior. Namun, dari ajakan itulah ia menemukan rumah kedua dan berhasil menorehkan prestasi non-akademik di tingkat nasional [06:40].
Belajar yang Tak Ada di Ruang Kelas
Narasi yang sering kita dengar adalah organisasi bikin pusing. Namun, bagi mereka, organisasi adalah “jatuh cinta”. Mengapa? Karena di sanalah mereka belajar manajemen waktu dan public speaking yang tidak diajarkan secara mendalam di kursi kuliah.
Farras menekankan bahwa organisasi mengajarinya cara mengefektifkan 24 jam dalam sehari. Adisya menambahkan, berinteraksi dengan dosen dan banyak orang melalui organisasi meningkatkan kemampuan komunikasinya secara signifikan. Sementara Haqiqi merasakan dampak pada kemampuan problem solving yang sangat berguna saat menghadapi ujian kasus klinis di kebidanan.
Menjaga Keseimbangan di Atas Roda yang Berputar
Menjadi mahasiswa aktif bukan berarti tanpa hambatan. Mereka jujur mengakui bahwa nilai akademik tidak selamanya berada di puncak. “Pasti ada turun naiknya nilai, apalagi kalau proker sedang padat,” aku Farras dengan rendah hati. Baginya, yang terpenting adalah evaluasi diri dan mencari metode belajar yang lebih baik.
Rahasia mereka menjaga keseimbangan ternyata sederhana namun disiplin: To-Do List. Haqiqi selalu menyertakan jam spesifik pada setiap daftar kegiatannya agar tidak ada waktu yang molor. Farras memiliki trik unik dengan memberikan reward berupa kepuasan batin setiap kali ia berhasil menceklis daftar tugas yang selesai.
Titik Terendah dan Bangkitnya Sang Nahkoda
Tidak ada perjalanan yang selalu mulus. Haqiqi pernah merasa sangat kesepian karena jauh dari keluarga di awal masa kuliah. Farras pun pernah merasa terhimpit saat masalah datang bertubi-tubi secara bersamaan. Namun, sebuah prinsip menjadi kekuatannya: “Tuhan tidak pernah membebani hamba-Nya melebihi kemampuannya” .
Dukungan dari support system—baik itu teman organisasi maupun keluarga—menjadi bahan bakar utama mereka untuk bangkit. Adisya, yang juga seorang atlet badminton, memilih untuk mengelola stres dengan berolahraga atau sekadar menonton drama Korea untuk mengisi ulang energinya .
Pesan untuk Mahasiswa Baru
Menjelang akhir obrolan, sebuah pesan kuat disampaikan untuk para mahasiswa baru Poltekkes Semarang. Farras mengutip sebuah pepatah bijak: “Tidak ada nahkoda hebat yang terlahir dari laut yang tenang” . Jalan yang sulit dan kesibukan yang padat justru akan membentuk mental yang tangguh.
Haqiqi menutup dengan ajakan untuk tidak takut melangkah. “Langkah kecil bisa membawa perubahan besar,” pungkasnya .
Podcast ini menjadi pengingat bagi kita semua, bahwa prestasi dan organisasi adalah dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Keduanya bukan untuk dipilih salah satu, melainkan untuk dijalani beriringan demi menjadi versi terbaik dari diri sendiri.
Tonton selengkapnya di YouTube: CERITA MAHASISWA BERPRESTASI DAN AKTIF ORGANISASI – PODCAST SEMAR EPS 8
- Menanam Harapan di Desa Berekah, Kala Mahasiswa Magister Hukum Nusa Putra Turun ke Bumi
- Terang di Lereng Semeru, Inovasi Mahasiswa UM Surabaya Menghidupkan Harapan di Supiturang
- Menanam Masa Depan, Seribu Pohon Bersemi di Jantung Kampus USU
- Mahasiswa ITB Menyulap Ampas Tebu dan Sabut Kelapa Menjadi BioKertas
- 10 Mahasiswa Peraih Medali Emas di SEA Games 2025
- Perjuangan Mahasiswa USK Menjangkau ‘Desa yang Terlupakan’ di Aceh Tengah
